Fluent Fiction - Indonesian: Love, Distance, and Strength: A Rainy Day Revelation in Jakarta
Find the full episode transcript, vocabulary words, and more:
fluentfiction.com/id/episode/2024-12-09-23-34-02-id
Story Transcript:
Id: Di tengah alunan hujan yang tak henti, sebuah kedai kopi di Jakarta menjadi tempat persembunyian hangat dari dinginnya monsoon.
En: In the midst of the relentless rhythm of the rain, a coffee shop in Jakarta became a warm refuge from the chill of the monsoon.
Id: Di dalam, aroma kopi yang khas memenuhi udara, menembus suara gelak tawa dan percakapan orang-orang yang sibuk.
En: Inside, the distinctive aroma of coffee filled the air, cutting through the sounds of laughter and conversations of busy people.
Id: Ayu duduk di sudut dekat jendela besar, memperhatikan titik-titik air yang mengalir perlahan.
En: Ayu sat in the corner near the large window, watching the water droplets flow slowly.
Id: Sudah beberapa bulan Ayu pindah ke Jakarta, mengejar mimpinya sambil menghadapi tantangan besar—diagnosis kesehatan yang mengubah hidupnya.
En: It had been a few months since Ayu moved to Jakarta, chasing her dreams while facing a major challenge—a health diagnosis that changed her life.
Id: Di seberangnya, Eka, kekasihnya yang datang jauh-jauh dari Bali, tersenyum hangat.
En: Across from her, Eka, her lover who came all the way from Bali, smiled warmly.
Id: Hatinya berdebar keras. Ia harus memberitahu Eka, namun ketidakpastian membelenggu lidahnya.
En: Her heart pounded hard. She needed to tell Eka, but uncertainty tied her tongue.
Id: "Apa kabar Jakarta?" tanya Eka, matanya menyala-nyala.
En: "How's Jakarta?" asked Eka, his eyes alight.
Id: "Jakarta baik. Tapi kadang padat dan melelahkan," jawab Ayu, mencoba terdengar ceria meski pikirannya melayang.
En: "Jakarta is fine. But sometimes it's crowded and exhausting," replied Ayu, trying to sound cheerful even though her mind was adrift.
Id: Obrolan ringan terus terjalin, namun ada sesuatu yang menggantung di udara di antara mereka.
En: Light conversation continued, but something lingered in the air between them.
Id: Ketika jeda panjang muncul, Ayu tahu ada waktunya.
En: When a long pause arose, Ayu knew it was time.
Id: Dengan napas dalam, dia berkata, "Eka, ada yang ingin aku ceritakan."
En: With a deep breath, she said, "Eka, there's something I want to tell you."
Id: Suara Ayu bergetar, seiring kilat menyambar dan guntur menggema di luar, seolah langit turut menyuarakan perasaannya.
En: Ayu's voice trembled, as lightning struck and thunder echoed outside, as if the sky was voicing her feelings.
Id: Eka terdiam, matanya mencari-cari wajah Ayu.
En: Eka fell silent, his eyes searching Ayu's face.
Id: "Apa itu, Ayu?"
En: "What is it, Ayu?"
Id: Ayu menunduk, menggenggam cangkir kopinya erat.
En: Ayu lowered her gaze, gripping her coffee cup tightly.
Id: "Aku—aku dapat diagnosis kesehatan yang sulit... Aku tidak ingin membebanimu," ucapnya pelan, air matanya mulai mengalir.
En: "I—I received a difficult health diagnosis... I don't want to burden you," she said softly, her tears beginning to flow.
Id: Suasana di kedai mendadak sepi di telinganya, hanya suara hujan yang menenangkan.
En: Inside the café, it suddenly became quiet in her ears, only the sound of rain providing solace.
Id: Eka tak berkata sepatah kata pun, hanya meraih tangan Ayu yang dingin.
En: Eka didn’t say a word, only reaching for Ayu's cold hand.
Id: "Eka, aku takut. Bagaimana jika kita tidak bisa menghadapinya? Jarak ini..."
En: "Eka, I'm...